Kamis, 24 Desember 2015

Manajemen Lingkungan Pembelajaran Efektif

DOSEN PENGAMPU :
Dr. H. AHMAD, S.Ag., S.Psi., M.Si
Prof. Dr. MUH. JUFRI, S.Psi., M.Si

MAKALAH
MANAJEMEN LINGKUNGAN PEMBELAJARAN EFEKTIF


KELOMPOK 11 :
HENDRA SUWARDI (1471041017)
NURAULIAH SAFITRI MUCHLIS (1471040046)

KELAS B/SEMESTER 2

PSIKOLOGI PENDIDIKAN
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

KATA PENGANTAR
              Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan hidayah-Nya sehingga makalah ini dapat diselesaikan walaupun dalam bentuk yang sederhana. Tak lupa shalawat dan salam kita haturkan kapada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW, Nabi yang telah membawa manusia dari alam kegelapan menuju alam yang terang benderang.
Makalah ini yang berjudul Manajemen Lingkungan Pembelajaran Efektifmerupakan tugas mata kuliah Psikologi Pendidikan. Makalah ini merupakan inovasi pembelajaran untuk memahami mata kuliah tersebut secara mendalam, semoga makalah ini dapat berguna untuk mahasiswa pada umumnya.
Kami sebagai penulis mengharapkan kemaklumannyajika dalam penulisan makalah ini masih terdapat kekurangan dari segi cara penulisan, tata bahasa maupun dari isi mutu penulisan. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati yang paling dalam kami harapkan saran dan kritikan yang sifatnya membangun demi kelengkapan dan kesempurnaan makalah ini
              Akhirnya penulis menyadari, bahwa tak ada gading yang tak retak, tak ada manusia yang luput dari salah dosa. Karena itulah  siklus kehidupan manusia yang penuh warna kekurangan, kekhilafan dan kelemahan. Begitupula dalam penulisan karya tulis ini. Oleh karena itu segala kritik dan saran yang sangat membangun sangat diharapkan oleh penulis demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Makassar, 23 Maret 2015



Kelompok

DAFTAR ISI

Kata Pengantar .........................................................................................................
Daftar Isi ...................................................................................................................
BAB I.  PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang ..............................................................................................
B.  Rumusan Masalah .........................................................................................
C.  Tujuan ...........................................................................................................
BAB II.  PEMBAHASAN
A.    Pengertian dan bagaimanakah manajemen lingkungan (kelas) pembelajaran efektif
B.     Asas, indikator, dan penetapan standar pembelajaran efektif.......................
C.     Hal-hal yang penting dalam manajemen lingkungan pembelajaran efektif...
D.    Peran guru dalam lingkungan pembelajaran efektif.......................................
E.     Penerapan prinsip disiplin dalam manajemen pembelajaran efektif...............
F.      Dimensi dan komponen pengelolaan kelas yang efektif................................
G.    Gaya dan tipe belajar efektif.........................................................................
H.    Mewujudkan Pembelajaran Efektif dengan Menciptakan lingkungan belajar kreatif  di dalam kelas          
I.       Faktor lingkungan..........................................................................................
J.       Manajemen kelas (classroom management)...................................................

BAB III.  PENUTUP
A.  Kesimpulan ...................................................................................................
B.  Saran .............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Dalam penggunaan istilah sehari-hari, istilah pembelajaran sering disamakan dengan pengajaran, padahal keduanya memiliki asal kata berbeda. Pembelajaran berasal dari kata dasar “belajar”, sedang pengajaran berasal dari kata”mengajar”. Istilah pembelajaran lebih berfokus pada proses belajar yang tejadi pada diri pembelajar, sedang pengajaran lebih berorientasi pada proses mengajar yang dilakukan oleh guru. Menurut Miarso, pembelajaran adalah usaha mengelola lingkungan belajar dengan sengaja agar seseorang membentuk diri secara positif dalam kondisi tertentu, sedang pengajaran adalah usaha membimbing dan mengarahkan pengalaman belajar kepada peserta didik yang berlangsung dalam situasi formal/resmi. Penggunaan pembelajaran lebih tepat dibanding dengan istilah pengajaran karena berfokus pada semua peristiwa yang langsung memengaruhi belajar individu. Selain itu, pembelajaran lebih luas karena dapat disampaikan di manapun, kapanpun dan dengan media apapun tanpa menuntut kehadiran seorang “pengajar”.
Pembelajaran yang lama didasarkan pada anggapan pembelajar adalah konsumen, hasil belajar yang penting adalah prestasi individu, dicirikan dengan pengkotak-kotakan, dikontrol secara terpusat. Sedang pembelajaran modern didasarkan pada anggapan bahwa pembelajar adalah kreator, hasil belajar yang penting adalah kerja sama dan prestasi kelompok, belajar sebagai aktivitas seluruh pikiran dan badan, dan program pembelajaran menyediakan lingkungan belajar yang kaya-pilihan dan cocok untuk seluruh gaya belajar.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apakah pengertian dan bagaimanakah manajemen lingkungan (kelas) pembelajaran efektif ?
2.      Bagaimana asas, indikator, dan penetapan standar pembelajaran efektif ?
3.      Apakah hal-hal yang penting dalam manajemen lingkungan pembelajaran efektif ?
4.      Bagaimanakah peran guru dalam lingkungan pembelajaran efektif ?
5.      Bagaimanakah penerapan prinsip disiplin dalam manajemen pembelajaran efektif ?
6.      Bagaimanakah dimensi dan komponen pengelolaan kelas yang efektif ?
7.      Bagaimanakah gaya dan tipe belajar efektif ?
8.      Bagaimana Mewujudkan Pembelajaran Efektif dengan Menciptakan lingkungan belajar kreatif  di dalam kelas
9.      Bagaimana Faktor lingkungan berpengaruh?
10.  Bagaimana Manajemen kelas (classroom management) pembelajaran?
C.    Tujuan
1.      Mengetahuipengertian manajemen lingkungan (kelas) pembelajaran efektif.
2.      Mengetahui asas, indikator, dan penetapan standar pembelajaran efektif.
3.      Mengetahui hal-hal yang penting dalam manajemen lingkungan pembelajaran efektif.
4.      Mengetahui peran guru dalam lingkungan pembelajaran efektif.
5.      Mengetahui penerapan prinsip disiplin dalam manajemen pembelajaran efektif.
6.      Mengetahui dimensi dan komponen pengelolaan kelas yang efektif.
7.      Mengetahui gaya dan tipe belajar efektif.
8.      Mengetahui bagaimana Mewujudkan Pembelajaran Efektif dengan Menciptakan lingkungan belajar kreatif  di dalam kelas.
9.      Mengetaahui Faktor lingkungan.
10.  Mengetahui Manajemen kelas (classroom management).




BAB II
PEMBAHASAN
A.    Manajemen Lingkungan (Kelas) Pembelajaran Efektif
Manajemen kelas merupakan usaha sadar untuk mengatur kegiatan proses belajar mengajar secara sistematis, yang mengarah kepada penyiapan bahan belajar, penyiapan sarana dan alat peraga, pengaturan ruang belajar, mewujudkan situasi dan kondisi proses belajar mengajar dan pengaturan waktu sehingga pembelajaran berjalan dengan baik. (Dirjen PUOD dan Dirjen. Dikdasmen, 1996).
Adapun tujuan manajemen kelas :
a.       Mewujudkan situasi dan kondisi kelas, baik sebagai lingkungan belajar maupun sebagai kelompok belajar, yang memungkinkan peserta didik untuk mengembangkan kemampuan semaksimal mungkin.
b.      Menghilangkan berbagai hambatan yang dapat menghalangi terwujudnya interaksi pembelajaran, menyediakan dan mengatur fasilitas belajar yang mendukung siswa belajar sesuai dengan lingkungan sosial, emosional, dan intelektual siswa dalam kelas, serta membina siswa sesuai dengan latar belakang sosial, ekonomi, budaya, serta sifat-sifat individunya (Dirjen. PUOD dan Dirjen. Dikdasmen, 1996)
Beberapa pendekatan dalam aktivitas manajemen kelas pembelajaran efektif, yaitu :
1.      Pendekatan Otoriter
Yang perlu dilakukan guru adalah menegakkan peraturan yang berlaku di kelas secara persuasif dan mendidik. Jika siswa melanggar disiplin kelas, maka guru dapat memberikan hukuman yang mendidik, begitu pula sebaliknya.
2.      Pendekatan Permisif
Yang perlu dilakukan oleh guru di kelas ialah memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk mengembangkan potensinya dengan difasilitasi oleh guru.
3.      Pendekatan Instruksional
Yang perlu dilakukan oleh guru ialah merencanakan dengan teliti pelajaran yang baik dengan kegiatan belajar yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan peserta didik.
4.      Pendekatan Pengubahan Perilaku
Yang perlu dilakukan oleh guru ialah bagaimana mengubah perilaku peserta didik yang tidak disiplin menjadi disiplin di kelas.
5.      Pendekatan Sosial Emosional
Yang perlu dilakukan guru ialah bagaimana hubungan sosial emosional yang baik antara guru dengan para peserta didik di kelas.
6.      Pendekatan Proses Kelompok
Yang perlu dilakukan guru ialah membimbing siswa agar dapat saling berinteraksi sosial dalam suasana kelas yang penuh disiplin.

B.     Asas, Indikator & Penetapan Standar Pembelajaran Efektif
1.      Asas Proses Pembelajaran Efektif
a.       Asas keterlibatan belajar siswa secara aktif di kelas
Disini, menuntut dan menekan guru untuk melibatkan siswa secara aktif dalam proses belajar mengajar di kelas. Siswa yang aktif dalam pembelajaran memiliki keseriusan dan perhatian yang tinggi pada pencapaian tujuan pembelajaran.
b.      Asas memberikan motivasi
Sosok seorang guru di depan kelas adalah sebagai motivator siswa agar memiliki semangat dan kemauan untuk belajar yang lebih aktif, kreatif, dan inovatif. Ada 2 motivasi yang dapat timbul dari diri siswa, yaitu :
-          Motivasi yang tumbuh dari kesadaran pribadi untuk melakukan sesuatu yang didorong oleh keinginan (motivasi internal)
-          Motivasi yang muncul dari luar diri siswa (motivasi eksternal)
2.      Indikator Pembelajaran Efektif
Suatu pembelajaran dikatakan berhasil dan efektif bila mencapai hasil yang diharapkan. Adapun, hasil pembelajaran dapat dikategorikan dalam 3 kelompok, yaitu :
a.       Efektifitas pembelajaran, diukur dari tingkat prestasi yang dicapai siswa
b.      Efisiensi pembelajaran, diukur dari efektivitas berbanding waktu yang digunakan siswa dan/atau biaya pembelajaran
c.       Daya pembelajaran, diukur dari kecenderungan siswa untuk terus belajar

3.      Penetapan Standar Pembelajaran Efektif
a.       Standar proses pembelajaran
-          Perencanaan proses pembelajaran
-          Pelaksanaan proses pembelajaran
-          Penilaian hasil pembelajaran
-          Pengawasan proses pembelajaran
b.      Standar pendidik dan tenaga kependidikan
-          Kualifikasi akademik pendidik
-          Keahlian khusus pendidik
-          Kompetensi sebagai agen pembelajaran
c.       Standar sarana & prasarana
-          Standar keragaman jenis peralatan laboratorium
-          Standar luas ruangan kelas peserta didik
-          Standar sumber belajar sesuai karakteristik satuan kependidikan
d.      Standar pengelolaan
-          Standar pengelolaan oleh satuan pendidikan
-          Standar pengelolaan oleh pemerintah daerah
-          Standar pengelolaan oleh pemerintah
e.       Standar pembiayaan
-          Biaya investasi
-          Biaya operasi
-          Biaya personal
f.       Standar penilaian pendidikan
-          Penilaian hasil belajar oleh pendidik
-          Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan
-          Penilaian hasil belajar oleh pemerintah

C.    Hal-HalPenting Dalam ManajemenLingkungan Pembelajaran Efektif
1.      Persiapan fisik
Menjaga kesehatan badan merupakan faktor yang menentukan keberhasilan belajar. Badan yang cepat lelah atau yang sering sakit dapat mengurangi konsentrasi belajar. Jika seseorang belajar cepat ngantuk, kepala cepat pusing, mungkin ia perlu ke dokter. Kesehatan fisik amat penting untuk dapat belajar dengan baik.
2.      Mengatur Waktu dan Tempat Belajar
Untuk belajar yang efisien, seseorang membutuhkan tempat yang nyaman dan ideal. Idealnya, siswa memiliki meja dan kursi tersendiri. Jika sebangku dengan orang lain, usahakan semaksimal mungkin agar tidak merasa terganggu.
Meja yang dipergunakan untuk belajar harus bersih dari sesuatu yang dapat mengganggu perhatian, seperti foto, surat-surat pribadi, majalah, dan terutama radio, TV, termasuk pula handphone. Semua alat-alat yang digunakan untuk belajar harus terdapat di meja itu : teksbook, buku catatan, kamus, pulpen, kalkulator, pensil, dll.
Pengaturan tempat belajar ini dimaksudkan menghindari gangguan-gangguan (interrupt-tion and distrubtion). Lebih sedikit gangguan, lebih besar kemungkinan dapat memahami materi yang dipelajari. Bila seseorang tidak mendapat tempat yang baik untuk belajar, maka ia harus melatih diri untuk terbiasa dengan gangguan-gangguan.
3.      Pembuatan Jadwal Belajar
Pembuatan jadwal belajar tergantung pada jadwal kelas baik aktivitas kampus/sekolah dan aktivitas sosial, aktivitas harian; seperti makan, tidur, shalat, dan sebagainya. Sebelum membuat jadwal pelajaran, hitung jumlah waktu tiap mata kuliah/pelajaran dan buatlah jadwal sesuai dengan kebutuhan dengan memperhatikan beberapa point :
a.       Pembuatan jadwal hendaklah realistis
b.      Untuk pelajaran/mata kuliah yang banyak membutuhkan hafalan, rencanakan waktu belajar sebelum masuk kelas.
c.       Untuk mata pelajaran/kuliah yang banyak membutuhkan pemikiran, direncanakan waktu belajar setelah pelajaran kelas selesai.
d.      Ada kalanya mata pelajaran/kuliah di samping membutuhkan penalaran juga membutuhkan hafalan.
e.       Hendaklah dipergunakan jam belajar secara terpisah.
f.       Tidak belajar beberapa saat sebelum ujian dimulai dengan sekaligus.
g.      Hendaklah direncanakan untuk meluangkan paling sedikit 2 jam untuk persiapan tiap materi.

D.    Guru dalam Lingkungan Pembelajaran Efektif
Kunci pembelajaran yang efektif terletak pada guru. Adapun ciri-ciri guru yang efektif, yaitu :
a.       Mampu menggunakan bahasa dengan cara yang tepat
b.      Memiliki pengetahuan yang memadai
c.       Mampu membuat hubungan bermakna tentang apa yang diketahuinya
Menurut Roestiyah, untuk melaksanakan mengajar efektif diperlukan syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh guru, yaitu :
a.       Guru harus mengupayakan agar siswa belajar secara aktif, baik mental maupun fisik
b.      Guru harus menggunakan banyak metode pada waktu mengajar
c.       Penggunaan motivasi yang tepat
d.      Guru perlu mempertimbangkan perbedaan siswa
e.       Guru selalu membuat perencanaan sebelum mengajar
f.       Diperlukan pengaruh yang sugestif dari guru
g.      Guru harus memiliki keberanian menghadapi persoalan yang timbul dalam proses pembelajaran
h.      Guru harus mampu menciptakan suasana demokratis
i.        Guru harus menstimulasi siswa untuk berpikir
j.        Semua bahan pelajaran perlu diintegrasikan
k.      Adanya keterkaitan antara pelajaran dengan kehidupan nyata
l.        Guru memberikan kebebasan kepada anak untuk menyelidiki, mengamati, belajar, dan memecahkan masalah sendiri
m.    Guru menyusun pengajaran remedial bagi anak yang membutuhkan
Keterampilan yang harus dimiliki guru untuk mengembangkan lingkungan pembelajaran efektif, yaitu :
a.       Keterampilan manajemen kelas
b.      Keterampilan memotivasi
c.       Keterampilan komunikasi
d.      Keterampilan asesmen (penilaian)
e.       Keterampilan teknologi
Adapun, Borich menyimpulkan 4 karakteristik perilaku kunci guru efektif, yaitu :
a.       Kejelasan pelajaran, menunjuk seberapa jelas pelajaran disajikan oleh guru di kelas
b.      Variasi pembelajaran, teknik mengajar yang digunakan haruslah fleksibel
c.       Berorientasi pada tugas dan pelibatan proses belajar, menunjuk pada pemberian kesempatan waktu pada siswa untuk belajar
d.      Keberhasilan siswa, maksudnya tingkat dimana siswa memahami dan menyelesaikan tugas dengan benar
E.     Prinsip Disiplin dalam Manajemem Pembelajaran Efektif
Penegakan disiplin dalam kelas dilakukan guru secara edukatif, persuasif, dan demokratif yang menguntungkan bagi para guru dan peserta didik. Pendekatan disiplin yang dilakukan guru harus memperhatikan prinsip berikut :
a.       Menggambarkan prinsip-prinsip hubungan kemanusiaan di kelas
b.      Mengembangkan budaya disiplin di kelas
c.       Merefleksikan tumbuhnya kepercayaan dan kontrol dari peserta didik dalam melaksanakan budaya disiplin di kelas
d.      Mengembangkan kesungguhan untuk berinovasi dalam menegakkan budaya disiplin di kelas oleh para guru dan peserta didik
e.       Menghindari rasa tertekan pada diri guru dan peserta didik dalam melaksanakan budaya disiplin di kelas
Menurut Rachman (1999:210-212), ada 4 tahapan dalam memelihara disiplin kelas, yaitu :
1.      Tahap pencegahan
Para guru menciptakan suasana kelas yang disiplin, ketepatan instruksional, dan perencanaan pendidikan yang disiplin.
2.      Tahap pemeliharaan
Guru perlu melakukan hubungan sosial emosional dengan peserta didik dalam menunjukkan perilaku disiplin dalam kelas.
3.      Tahap campur tangan
Guru perlu menangani perilaku peserta didik yang melanggar disiplin kelas dengan mempelajari gejalanya dan mencari akar permasalahannya.
4.      Tahap pengaturan
Guru perlu mengatur perilaku peserta didik yang menyimpang dari disiplin kelas dengan memberikan bimbingan dan pengarahan yang mendidik, persuasif, dan demokratis.
F.     Dimensi & Komponen Pengelolaan Kelas yang Efektif
1.      Dimensi Pengelolaan Kelas
a.       Dimensi Pencegahan, tindakan guru dalam mengatur siswa dan peralatan atau format belajar mengajar yang tepat. Adapun langkah-langkahnya yaitu :
-          Meningkatkan kesadaran diri dari guru
-          Meningkatkan kesadaran siswa
-          Sikap tulus dari guru
-          Menemukan dan pengenalan alternatif pengelolaan
-          Membuat kontrak sosial
b.      Dimensi tindakan, kegiatan yang dilakukan guru bila terjadi masalah pengelolaan. Langkah-langkahnya :
-          Lakukan tindakan dan bukan ceramah
-          Gunakan “kontrol” kerja
-          Nyatakan peraturan dan konsekuensinya
c.       Dimensi penyembuhan, membina kontrak sosial yang tidak jalan. Langkah-langkahnya :
-          Membuat rencana
-          Menentukan waktu pertemuan
-          Pemecahan masalah
-          Melakukan kegiatan tindak lanjut
2.      Komponen Pengelolaan Kelas
a.       Tindakan preventif, upaya sedini mungkin oleh guru untuk mencegah terjadinya gangguan dalam pembelajaran.
-          Tanggap/peka, kemampuan guru merespon perilaku yang dianggap mengganggu pembelajaran.
-          Perhatian, selalu mencurahkan perhatian pada berbagai aktivitas
b.      Tindakan represif, kemampuan guru untuk mengatasi, mencari, dan menemukan solusi yang tepat untuk memecahkan masalah dalam lingkungan pembelajaran.
-          Modifikasi tingkah laku, bahwa tingkah laku dapat diamati.
-          Pengelolaan kelompok, untuk menangani permasalahan hendaknya mengikutsertakan berbagai komponen atau unsur yang terkait.
-          Peran guru, mendorong siswa mengembangkan tanggung jawab individu terhadap lingkungan.
G.    Gaya & Tipe Belajar Efektif
1.      Gaya Belajar Efektif
a.       Belajar dengan pertanyaan. Bagi sebagian, belajar makin efektif bila dilakukan dengan cara bermain dengan pertanyaan. Misalnya, memancing keingintahuan dengan berbagai macam pertanyaan.
b.      Belajar dengan kata-kata. Gaya ini bisa dimulai dengan mengajak seorang teman yang senang bermain dengan bahasa, seperti bercerita dan membaca serta menulis. Gaya ini sangat menyenangkan karena bisa membantu mengingat nama, tempat, tanggal, dan hal-hal lainnya dengan cara mendengar kemudian menyebutkannya.
c.       Belajar dengan gambar. Ada sebagian yang suka belajar dengan membuat gambar, merancang, melihat gambar, slide, video atau film. Orang dalam gaya ini, memiliki kepekaan tertentu dalam menangkap gambar atau warna, peka dalam membuat perubahan, merangkai dan membaca kartu.
d.      Belajar dengan bergerak. Menyentuh sambil berbicara dan menggunakan tubuh untuk mengekspresikan gagasan adalah salah satu cara belajar yang menyenangkan.
e.       Belajar dengan musik. Ada orang yang suka mengingat informasi dengan cara mengingat notasi atau melodi musik.
f.       Belajar dengan kesendirian. Ada orang yang senang belajar dengan menyepi. Untuk mereka yang seperti ini, biasanya suka tempat yang tenang dan terjaga privasinya.
g.      Belajar dengan bersosialisasi. Bergabung dan berbaur dengan orang lain adalah cara terbaik mendapat informasi dan belajar secara cepat. Dengan berkumpul, kita bisa menyerap berbagai informasi terbaru secara cepat dan mudah memahaminya.

2.      Tipe Pembelajaran Efektif
Secara umum, ada 2 tipe pembelajaran, yaitu :
a.       Pembelajaran langsung adalah suatu bentuk pembelajaran dimana guru secara langsung menyampaikan pelajaran, mendemonstrasikan, menjelaskan, dan mengasumsikan tanggung jawab untuk kemajuan pelajaran, serta menyesuaikan apa yang dilakukannya dengan usia dan kemampuan siswa. Aktivitas yang terlibat dalam pembelajaran langsung antara lain : penyajian pelajaran, bimbingan latihan, penilaian hasil tugas, pemberian umpan balik, dan pemonitoran aktivitas siswa.
b.      Pembelajaran tidak langsung adalah suatu bentuk pembelajaran di mana siswa berupaya menemukan sendiri untuk memperoleh fakta dan pengetahuan. Tipe ini dikenal juga dengan nama pembelajaran inquiry. Tipe ini kurang terstruktur dan bersifat informal, namun mendorong siswa aktif mencari informasi dan tidak pasif menerima pelajaran. Dalam tipe ini, guru hanya berfungsi sebagai fasilitator ketimbang menjadi pengajar.

H.    Mewujudkan Pembelajaran Efektif dengan Menciptakan lingkungan belajar kreatif  di dalam kelas
Belajar kreatif tidak timbul secara kebetulan tetapi memerlukan persiapan, antara lain dengan menyiapkan suatu lingkungan kelas yang merangsang anak-anak untuk belajar secara kreatif.
Menurut Feldhusen  dan Treffinger (1980), suatu lingkungan kreatif dapat tercipta dengan:
1.      Memberikan Pemanasan
Sebelum mulai dengan suatu proyek atau kegiatan yang menuntut perilaku kreatif sesuai dengan rencana pelajaran, perlu lebih dahulu diusahakan sikap menerima (reseptif) di kalangan para siswa. Hal ini terutama berlaku apabila siswa sebelumnya baru saja terlibat dalam suatu penugasan yang sangat berstruktur, seperti mengerjakan soal-soal matematika atau mengklasifikasikan nama tumbuh-tumbuhan menurut system tertentu.
       Tugas atau kegiatan yang bertujuan meningkatkan pemikiran kreatif menuntut sikap belajar yang berbeda, lebih tebuka dan bertantang untuk berperan serta secara aktif dengan memberikan gagasan-gagasan sebanyak mungkin.
      Untuk itu, diperlukan pemanasan yang dapat tercapai dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan terbuka yang menimbulkan minat dan merangsang rasa ingin tahu siswa. Cara lain yang berhasil guna adalah dengan mendorong siswa mengajukan pertanyaan-pertanyaan sendiri terhadap suatu masalah.
      Biasanya dalam proses belajar mengajar guru mengajukan pertanyaan kepada murid, tetapi jarang mengajak siswa untuk mengajukan pertanyaan.
2.      Pengaturan fisik
Salah satu cara menciptakan suasana belajar kreatif adalah dengan memperhatikan pengaturan fisik di dalam kelas. Misalnya untuk kegiatan-kegiatan tertentu seperti diskusi dalam kelompok-kelompok kecil para siswa duduk dalam lingkaran. Jika kelompoknya lebih besar, anak-anak dapat menyisihkan bangku-bangku dan duduk di lantai.
Jika kelasnya cukup besar, dapat diusahakan pemisah-pemisah ruang yang dapat dipindah-indahkan sesuai dengan kebutuhan. Ada baiknya juga jika di dalam kelas disediakan tempat khusus agar siswa dapat berpikir tenang dan santai.
3.      Kesibukan di dalam kelas
Kegiatan belajar secara kreatif sering menuntut lebih banyak kegiatan fisik dan diskusi di antara siswa. Oleh karena itu, hendaknya  guru agak tenggang rasa dan luwes dalam menuntut ketenangan dan “setiap anak tetap duduk pada tempatnya”. Guru harus dapat membedakan antara kesibukan yang asyik serta suara-suara yang “produktif” yang menunjukkan bahwa siswa-siswa bersibuk diri secara kreatif.
            Ruang kelas diusahakan menjadi “ruang sumber” dengan banyak sumber-sumber yang mengundang siswa untuk membaca, menjajaki, dan meneliti. Alangkah baiknya jika ada perpustakaan kecil di dalam kelas dan bahan-bahan atau peralatan yang memungkinkan siswa melakukan kegiatan konstruktif. Guru mengizinkan siswa-siswa yang lebih dudlu selesai dengan pekerjaannya untuk pergi ke tempat-tempat di dalam kelas yang mereka minati, untuk melakukan kegiatan belajar mandiri. Pada waktu-waktu tertentu disediakan kesempatan bagi seluruh kelas untuk memiliki pekerjaan yang mereka senangi entah secara perorangan ataupun dalam kelompok-kelompok kecil. Suasana kelas yang santai dan menyenangkan akan memupuk perilaku kreatif.
4.      Guru sebagai Fasilitator
Sebagai fasilitator guru mendorong siswa (motivator) untuk mengembangkan inisiatif dalam menjajaki tugas-tugas baru. Ia tidak cepat memberikan kritik, tetapi memberikan dukungan dan rangsangan di mana perlu. Guru harus terbuka dan dapat menerima gagasan-gagasan dari semua siswa (menerima tidak sama dengan menyetujui; menerima disini berarti terbuka dan berusaha memahami). Adalah tidak bijaksana memuji siswa-siswa tertentu secara berlebihan dan bersikap menolak gagasan-gagasan para siswa yang lain.
      Guru harus berusaha menghilangkan ketakutan dan kecemasan siswa yang menghambat pemikiran dan pemecahan masalah secara kreatif. Anak-anak pun harus belajar menunjukkan penghargaan terhadap pekerjaan anak lain dan tidak mengejek, mengkritik (dalam arti mencela), atau menertawakan, sebagaimana mereka juga harus belajar menghargai pekerjaan diri sendiri.
      Suasana dalam kelas hendaknya mendukung kerja sama untuk mencapai tujuan bersama, di samping kegiatan belajar sendiri. Setiap anak harus merasa bebas mengungkapkan gagasan-gagasan yang lain daripada yang lain, yang tidak lazim, tanpa takut ditertawakan. Anak-anak tertentu membutuhkan dukungan, dorongan, dan waktu yang cukup untuk memikirkan suatu masalah.
Jadi, dalam peran sebagai fasilitator seorang guru harus:
a.       Mendorong belajar mandiri sebanyak mungkin
b.      Dapat menerima gagasa-gagasan dari semua siswa
c.       Memupuk siswa (dan diri sendiri) untuk memberikan kritik secara konstruktif dan untuk memberikan penilaian diri sendiri.
d.      Berusaha menghindari pemeberian hukuman atau celaan terhadap ide-ide yang tidak biasa
e.       Dapat menerima perbedaan menurut waktu dan kecepatan antarsiswa dalam kemampuan memikirkan ide-ide baru.
I.       Faktor lingkungan
Senyatanya kita dapat melihat bahwa individu-individu atau pribadi-pribadi sebagai bagian dari alam sekitar tidak bisa melepaskan diri dari lingkungan. Bahkan sebagian ahli menyatakan, bahwa individu tidak berarti apa-apa tanpa adanya lingkungan yang memengaruhinya. Terkait dengan itu, F. Patty (1982: 58) menyatakan,
…Lingkungan merupakan sesuatu yang mengelilingi individu dalam hidupnya, baik dalam bentuk lingkungan fisik seperti orangtua, rumah, kawan bermain, dan masyarakat sekitar, maupun dalam bentuk lingkungan psikologis seperti perasaan yang dialami, cita-cita, persoalan-persoalan yang dihadapi dan sebagainya.
            Apa yang dimaksud definisi diatas adalah meliputi semua kondisi-kondisi di dunia ini yang dalam cara-cara tertentu memengaruhi tingkahlaku individu, terkecuali gene-gene. Lebih dari itu gene-gene dapat pula dipandang sebagai menyiapkan gene-gene yang lain. Tetapi, lingkungannya yang actual (sebenarnya) hanyalah faktor-faktor dalam dunia sekitar yang benar-benar memengaruhi individu.
            Dikatakan segala sesuatu yang mengelilingi individu di dalam hidupnya, berarti sejak anak dalam kandungan (masa prenatal) ia telah dapat dipengaruhi oleh lingkungannya (secara tidak langsung). Hal ini dapat dicontohkan pada seorang ibu yang sedang hamil dan memakan makanan yang bergizi atau gizinya terpenuhi (lingkungan fisik atau nonperson), maka memungkinkan individu (ibu) itu hidup sehat fisiknya.
            Begitu juga saat ibu yang mengandung itu suasana hatinya tenang, gembira, dan sebagainya (lingkungan psikis atau person), maka besar kemungkinan individu  tersebut akan tenang atau sehat psikisnya. Kondisi seperti ini sangat mungkin membuat fisik dan psikis bayi yang akan dilahirkan sehat.Sejak bayi lahir (masa postnatal) dan sepanjang masa hidup, individu terus dipengaruhi oleh lingkungan, perawatan, yang merawat, udara yang segar atau sebaliknya, makanan-makanan yang bergizi atau yang diterimanya.
            Sejak individu dapat meniru dan bergaul, ia akan menirukan secara sengaja atau tidak sengaja segala kebiasaan yang terjadi dan tertangkap oleh indranya. Masa selanjutnya, pengaruh orangtua dan teman-teman sekelasnya, lembaga-lembaga dan orang-orang dewasa di sekitarnya memengaruhi individu dengan pembawaannya menyaring dan memilih pengalaman-pengalamannya yang membentuk dan member warna hidup dan kehidupannya lebih lanjut sebagai individu yang memiliki karakter tersendiri.
Dalam hubungan dengan lingkungan itu, Sartain (Psikolog Amerika) membagi lingkungan yang memengaruhi individu menjadi tiga bagian (Ngalim Purwanto, 1984: 26):
1.      Lingkungan alam luar (external or physical environment)
2.      Lingkungan dalam (internal invironment)
3.      Lingkungan social/masyarakat (social environtment).
Lingkungan alam luar, yaitu segala seuatu yang ada dalam dunia ini yang bukan manusia, seperti rumah, tumbuh-tumbuhan, air, iklim, hewan, dan sebagainya. Lingkungan alam yang berbeda akan memberikan pengaruh yang berbeda pula pada individu, seperti daerah pegunungan dan daerah pantai. Daerah yang mempunyai musim dingin akan memberikan pengaruh yang berbeda pula dengan daerah yang penuh dengan musim panas.
Lingkungan dalam, berarti segala sesuatu yang tidak termasuk lingkungan luar/alam. Namun untuk makanan yang sudah di dalam perut kita, ia termasuk berada antara external dan internal environment. Karena makanan yang sudah dalam perut sudah/sedang dalam pencernaan dan peresapan ke dalam pembuluh darah. Sementara makanan dan air yang telah berada di dalam pembuluh darah atau di dalam cairan limpa, memengaruhi sel-sel di dalam tubuh, dan ini termasuk ineternan envirintment (lingkungan dalam).
Adapun lingkungan sosial/masyarakat adalah tempat individu yang satu berinteraksi dengan individu yang lain. Keadaan lingkungan social/masyarakat akan memberikan pengaruh tertentu terhadap perkembangan individu. Pengaruh lingkungan social tersebut ada yang diterima secara langsung dan ada yang tidak langsung. Pengaruh secara langsung seperti dalam pergaulan sehari-hari dengan teman-teman, keluarga, teman sepekerjaan dan lainnya.
Sementara pengaruh yang tak langsung adalah melalui radio, televise, buku-buku bacaan, dan dengan berbagai cara yang lain. Pengaruh lingkungan social, baik secara langsung atau tidak langsung, sangat kompleks dalam perkembangan individu. Hal ini diuraikan secara tersendiri dan mendalam dalam psikologi social.
Hubungan antara individu dan lingkungannya ternyata tidak hanya berjalan sebelah, dalam arti hanya lingkungan saja yang mempunyai pengaruh terhadap individu. Bahkan hubungannya terjadi secara timbale balik, yaitu lingkungan dapat memengaruhi lingkungannya (environment).
Masing-masing individu terutama dalam kepribadiannya adalah hasil interaksi antara gene-gene (hereditas) dan lingkungannya. Dan karena interaksi ini, maka tiap-tiap individu adalah unik.
Dengan demikian, hubungan hereditas dan lingkungan sangat berpengaruh bagi perkembangan manusia (individu). Bahkan sifat-sifat dan watak individu adalah hasil interaksi antara pembawaan dan lingkungan.
J.      Manajemen kelas (classroom management)
            Manajemen kelas adalah untuk memelihara lingkungan belajar yang positif dan produktif.
Cara menciptakan lingkungan belajar yang positif
1.      Peraturan dan prosedur yang dibutuhkan
Prosedur adalah langkah-langkah yang diekspresikan untuk sebuah kegiatan. Carol Weinstein dan Andy Mignano (Weinstein, 2003; Weinstein dan Mignano, 2003) menyarankan guru untuk menetapkan rutinitas-rutinitas untuk mencakup bidang-bidang berikut:
1)      Rutinitas administrative, misalnya mencatat absensi.
2)      Pergerakan siswa, misalnya memasuki atau meninggalkan kelas atau pergi ke kamar mandi.
3)      “Mengurus rumah”, misalnya menyirami tanaman atau menyimpan barang-barang pribadi.
4)      Rutinitas untuk menyelesaikan pelajaran, misalnya bagaimana mengumpulkan tugas atau PR.
5)      Interaksi antara guru dan siswa, misalnya bagaimana cara mendapatkan perhatian guru ketika membutuhkan bantuan.
6)      Bicara di antara siswa, misalnya member bantuan atau bersosialisasi.
Anda dapat menggunakan keenam bidang ini sebagai kerangka kerja untuk merencanakan prosedur dan rutinitas kelas Anda. Pedoman untuk bagian ini akan membantu Anda selama menyusun rencana.
Peraturan adalah pernyataan yang menyebutkan perilaku yang diharapkan dan dilarang. Peraturan yang Anda tetapkan seharusnya konsisten dengan peraturan sekolah, dan juga mengikuti prinsip-prinsip belajar. Sebagai contoh, bahwa siswa memperoleh manfaat siswa pada saat menjelaskan tugas kepada teman-teman sebayanya. Mereka belajar selama mengajar. Peraturan yang melarang siswa untuk saling membantu mungkin tidak konsisten dengan prinsip belajar yang baik. Atau perturan yang mengatakan “Tidak boleh menghapus saat menulis” dapat membuat siswa lebih memfokuskan diri pada mencegah kesalahan daripada mengomunikasikan dengan jelas di dalam tulisannya (Burden, 1995; Emmer & Stough, 2001,Weinstein & Mignano, 2003).
Peraturan seharusnya positif dan dapat dilihat (angkat tanganmu agar terlihat). Memiliki beberapa peraturan umum yang mencakup banyak hal spesifik lebih baik daripada membuat daftar semua dos dan don’ts. Akan tetapi, bila tindakan tertentu dilarang, misalnya meninggalkan kampus atau meroko di kamar mandi, maka sebuah peraturan harus menyebutkannya dengan jelas (Emmer & Gerwels, 2006).
a.       Peraturan untuk sekolah dasar
-          Sopan dan hormatlah kepada semua orang
-          Tepat waktu dan mempersiapkan diri
-          Mendengarkan dengan tenang saat orang lain sedang berbicara
-          Mematuhi peraturan sekolah. 
b.      Peraturan untuk sekolah menengah
-          Bawa semua bahan yang dibutuhkan ke kelas
-          Duduk ditempat dudukmu dan siap bekerja saat bel bordering.
-          Hormat dan sopan kepada semua orang
-          Hormati barang milik orang lain
-          Dengarkan dan tetap duduk saat orang lain sedang bicara
-          Patuhi semua perturan sekolah
Konsekuensi. Segera setelah memutuskan tentang peraturan dan prosedur Anda, Anda harus memikirkan apa yang akan dilakukan bila siswa melanggar peraturan dan tidak mengikuti prosedur. Sudah terlalu terlambat untuk membuat keputusan setelah peraturannya dilanggar. Bagi banyak infraksi, konsekuensi logisnya adalah kembali ke “lakukan dengan benar”. Siswa yang berlarian di gang mungkin kembali ke tempat mereka mulai lari dan berjalan dengan baik. Makalah yang tidak selesai dapat dikerjakan ulang. Materi yang tertinggal harus dikembalikan (Charles,2002b).
2.      Merencanakan ruang untuk belajar
Ruang untuk belajar seharusnya mengundang dan mendukung kegiatan-kegiatan yang Anda rencanakan di kelas Anda, dan seharusnya menghormati para penghuni ruan itu. Dalam kaitannya dengan penataan kelas, ada dua cara dasar untuk mengorganisasikan ruang: wilayah territorial pribadi dan wilayah minat.
Ø  Wilayah territorial pribadi yaitu seperti penataan lokasi kursi, anak yang duduk di depan tampaknya meningkatkan partisipasi bagi siswa-siswa yang terpredisposisi untuk bicara dikelas, sementara tempat duduk dibelakang akan lebih menyulitkan untuk berpartisipasi dan lebih mudah untuk berpangku tangan dan melamun. Weinstein & Mignano (2003) menyarankan agar guru sedapat mungkin bergerak di sekeliling ruangan, membuat kontak mata dan mengarahkan pertanyaan kepada siswa-siswa yang duduk di kejauhan.
Ø  Wilayah minat, desain wilayah minat dapat memengaruhi bagaimana wilayah-wilayah itu digunakan oleh siswa. Perubahan-perubahan sudut perpustakaan menghasilkan lebih banyak keterlibatan dalam kegiatan-kegiatan literature sepanjang pelajaran (Morrow & Weinstein, 1986).

Manajer efektif untuk siswa sekolah dasar
Di kelas para guru efektif, hari pertamanya sudah diorganisasikan dengan baik. Name tag sudah siap. Ada hal yang menarik bagi setiap anak untuk langsung dikerjakan. Bahan-bahannya sudah disiapkan. Gur telah merencanakan dengan seksama untuk menghindari last-minute tesks.
Manajer efektif untuk siswa sekolah menengah
Para manajer efektif memfokuskan pada menetapkan aturan, prosedur, dan ekspektasi di hari pertama. Standar untuk pekerjaan akademik dan perilaku kelas dikomunikasikan dengan jelas kepada siswa dan ditegakkan secar konsisten selama minggu-minggu pertama di kelas. Perilaku siswa dipantau lebih dekat, dan pelanggaran peraturan ditangani dengan cepat.























BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Pembelajaran efektif cara pembelajaran yang baik yang dilakukan dalam proses belajar mengajar.Manajemen lingkungan dalam artian pembelajaran efektif yaitu cara-cara yang dilakukan untuk menciptakan lingkungan yang baik sehingga tercipta pembelajaran yang afektif.Salah satu faktor penting yang dapat memaksimalkan kesempatan pembelajaran adalah penciptaan lingkungan pembelajaran yang kondusif sehingga menciptakan pembelajaran yang efektif
Menurut Saroni (2006) dalam Kusmoro (2008), lingkungan pembelajaran terdiri atas dua hal utama, yaitu lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Adapun yang dapat dilakukan dalam hal manajemen lingkungan pemebelajaran yang efektif,  diantaranya:Desain Lingkungan Fisik dan Pengelolaan Kelas yang Positif Untuk Pembelajaran.
Menurut Omrod (2008) untuk menciptakan lingkungan belajar yang efektif cara yang dapat dilakukan antara lain: Menciptakan lingkungan yang kondusif untuk belajar, Menyikapi perilaku yang tidak sesuai, Menyikapi agresi dan kekerasan di sekolah, Masalah yang terkait dengan geng,Mempertimbangkan keberagaman siswa dan Mengkoordinasikan usaha dengan orang lain.

B.     Saran
Diharapkan agar para pendidik dapat memberikan yang terbaik kepada para peserta didik misalnya menciptakan lingkungan yang efektif bagi sistem pembelajaran sehingga peserta didik termotivasi untuk belajar.




DAFTAR PUSTAKA
Shaffat, Idri. 2009. Optimized Learning Strategy. Jakarta : Prestasi Pustaka
Khodijah, Nyayu. 2010. Psikologi Pendidikan. Rajawali Pers
Silberman, M.L. 2004. Active Learning : 101 Cara Belajar Siswa Aktif. Bandung: Nusamedia
Hadis & Nurhayati. 2010.Psikologi dalam Pendidikan. Bandung: Alfabeta
Santrock, J.W. 2009. Educational Psychology. Jakarta: Salemba Humanika
Baharuddin.2007. Psikologi Pendidikan Refleksi Teoretis Terhadap Fenomena. Jogjakarta: Ar-Ruzzmedia
Munandar, U. 1999. Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah Petunjuk Bagi Para Guru dan Orang Tua. Jakarta: Grasindo

Woolfolk, A. 2008. Educational Psychology Active Learning Edition. Yogyakarta: Pustaka Pelajar