DOSEN PENGAMPU :
Dr. H. AHMAD, S.Ag.,
S.Psi., M.Si
Prof. Dr. MUH. JUFRI,
S.Psi., M.Si
MAKALAH
MANAJEMEN LINGKUNGAN
PEMBELAJARAN EFEKTIF

KELOMPOK 11 :
HENDRA SUWARDI
(1471041017)
NURAULIAH SAFITRI
MUCHLIS (1471040046)
KELAS B/SEMESTER 2
PSIKOLOGI PENDIDIKAN
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI
MAKASSAR
KATA PENGANTAR
Puji
dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga makalah
ini dapat diselesaikan walaupun dalam bentuk yang sederhana. Tak lupa shalawat
dan salam kita haturkan kapada
junjungan Nabi Besar Muhammad SAW, Nabi yang telah membawa manusia dari alam
kegelapan menuju alam yang terang benderang.
Makalah ini yang berjudul Manajemen
Lingkungan Pembelajaran Efektifmerupakan tugas mata kuliah Psikologi Pendidikan. Makalah ini merupakan inovasi
pembelajaran untuk memahami mata kuliah tersebut secara mendalam, semoga makalah ini dapat berguna untuk mahasiswa pada umumnya.
Kami sebagai penulis mengharapkan kemaklumannyajika dalam penulisan makalah ini masih terdapat kekurangan dari segi cara
penulisan, tata bahasa maupun dari isi mutu penulisan. Oleh karena itu dengan
segala kerendahan hati yang paling dalam kami harapkan saran dan kritikan yang
sifatnya membangun demi kelengkapan dan kesempurnaan makalah ini
Akhirnya
penulis menyadari, bahwa tak ada gading yang tak retak, tak ada manusia yang
luput dari salah dosa. Karena itulah
siklus kehidupan manusia yang penuh warna kekurangan, kekhilafan dan
kelemahan. Begitupula dalam penulisan karya tulis ini. Oleh karena itu segala
kritik dan saran yang sangat membangun sangat diharapkan oleh penulis demi
kesempurnaan makalah
ini. Semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Makassar, 23 Maret 2015
Kelompok
DAFTAR ISI
Kata
Pengantar .........................................................................................................
Daftar
Isi ...................................................................................................................
BAB
I. PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang ..............................................................................................
B.
Rumusan Masalah .........................................................................................
C.
Tujuan ...........................................................................................................
BAB
II. PEMBAHASAN
A.
Pengertian
dan bagaimanakah manajemen lingkungan (kelas) pembelajaran efektif
B.
Asas,
indikator, dan penetapan standar pembelajaran efektif.......................
C.
Hal-hal
yang penting dalam manajemen lingkungan pembelajaran efektif...
D. Peran guru dalam lingkungan
pembelajaran efektif.......................................
E.
Penerapan
prinsip disiplin dalam manajemen pembelajaran efektif...............
F.
Dimensi
dan komponen pengelolaan kelas yang efektif................................
G.
Gaya
dan tipe belajar efektif.........................................................................
H.
Mewujudkan
Pembelajaran Efektif dengan Menciptakan lingkungan belajar kreatif di dalam kelas
I.
Faktor
lingkungan..........................................................................................
J.
Manajemen
kelas (classroom management)...................................................
BAB III. PENUTUP
A. Kesimpulan ...................................................................................................
B. Saran .............................................................................................................
DAFTAR
PUSTAKA ..............................................................................................
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Dalam
penggunaan istilah sehari-hari, istilah pembelajaran sering disamakan dengan
pengajaran, padahal keduanya memiliki asal kata berbeda. Pembelajaran berasal
dari kata dasar “belajar”, sedang pengajaran berasal dari kata”mengajar”.
Istilah pembelajaran lebih berfokus pada proses belajar yang tejadi pada diri
pembelajar, sedang pengajaran lebih berorientasi pada proses mengajar yang
dilakukan oleh guru. Menurut Miarso, pembelajaran adalah usaha mengelola
lingkungan belajar dengan sengaja agar seseorang membentuk diri secara positif
dalam kondisi tertentu, sedang pengajaran adalah usaha membimbing dan
mengarahkan pengalaman belajar kepada peserta didik yang berlangsung dalam
situasi formal/resmi. Penggunaan pembelajaran lebih tepat dibanding dengan
istilah pengajaran karena berfokus pada semua peristiwa yang langsung
memengaruhi belajar individu. Selain itu, pembelajaran lebih luas karena dapat
disampaikan di manapun, kapanpun dan dengan media apapun tanpa menuntut
kehadiran seorang “pengajar”.
Pembelajaran
yang lama didasarkan pada anggapan pembelajar adalah konsumen, hasil belajar
yang penting adalah prestasi individu, dicirikan dengan pengkotak-kotakan,
dikontrol secara terpusat. Sedang pembelajaran modern didasarkan pada anggapan
bahwa pembelajar adalah kreator, hasil belajar yang penting adalah kerja sama
dan prestasi kelompok, belajar sebagai aktivitas seluruh pikiran dan badan, dan
program pembelajaran menyediakan lingkungan belajar yang kaya-pilihan dan cocok
untuk seluruh gaya belajar.
B.
Rumusan
Masalah
1. Apakah
pengertian dan bagaimanakah manajemen lingkungan (kelas) pembelajaran efektif ?
2. Bagaimana
asas, indikator, dan penetapan standar pembelajaran efektif ?
3. Apakah
hal-hal yang penting dalam manajemen lingkungan pembelajaran efektif ?
4. Bagaimanakah
peran guru dalam lingkungan pembelajaran efektif ?
5. Bagaimanakah
penerapan prinsip disiplin dalam manajemen pembelajaran efektif ?
6. Bagaimanakah
dimensi dan komponen pengelolaan kelas yang efektif ?
7. Bagaimanakah
gaya dan tipe belajar efektif ?
8.
Bagaimana Mewujudkan
Pembelajaran Efektif dengan Menciptakan lingkungan belajar kreatif di dalam kelas
9.
Bagaimana Faktor
lingkungan
berpengaruh?
10. Bagaimana Manajemen kelas (classroom management) pembelajaran?
C.
Tujuan
1. Mengetahuipengertian
manajemen lingkungan (kelas) pembelajaran efektif.
2. Mengetahui
asas, indikator, dan penetapan standar pembelajaran efektif.
3. Mengetahui
hal-hal yang penting dalam manajemen lingkungan pembelajaran efektif.
4. Mengetahui
peran guru dalam lingkungan pembelajaran efektif.
5. Mengetahui
penerapan prinsip disiplin dalam manajemen pembelajaran efektif.
6. Mengetahui
dimensi dan komponen pengelolaan kelas yang efektif.
8.
Mengetahui bagaimana Mewujudkan
Pembelajaran Efektif dengan Menciptakan lingkungan belajar kreatif di dalam kelas.
9.
Mengetaahui Faktor
lingkungan.
10. Mengetahui Manajemen kelas (classroom management).
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Manajemen
Lingkungan (Kelas) Pembelajaran Efektif
Manajemen
kelas merupakan usaha sadar untuk mengatur kegiatan proses belajar mengajar
secara sistematis, yang mengarah kepada penyiapan bahan belajar, penyiapan
sarana dan alat peraga, pengaturan ruang belajar, mewujudkan situasi dan
kondisi proses belajar mengajar dan pengaturan waktu sehingga pembelajaran
berjalan dengan baik. (Dirjen PUOD dan Dirjen. Dikdasmen, 1996).
Adapun
tujuan manajemen kelas :
a. Mewujudkan
situasi dan kondisi kelas, baik sebagai lingkungan belajar maupun sebagai
kelompok belajar, yang memungkinkan peserta didik untuk mengembangkan kemampuan
semaksimal mungkin.
b. Menghilangkan
berbagai hambatan yang dapat menghalangi terwujudnya interaksi pembelajaran,
menyediakan dan mengatur fasilitas belajar yang mendukung siswa belajar sesuai
dengan lingkungan sosial, emosional, dan intelektual siswa dalam kelas, serta
membina siswa sesuai dengan latar belakang sosial, ekonomi, budaya, serta
sifat-sifat individunya (Dirjen. PUOD dan Dirjen. Dikdasmen, 1996)
Beberapa
pendekatan dalam aktivitas manajemen kelas pembelajaran efektif, yaitu :
1. Pendekatan
Otoriter
Yang
perlu dilakukan guru adalah menegakkan peraturan yang berlaku di kelas secara
persuasif dan mendidik. Jika siswa melanggar disiplin kelas, maka guru dapat
memberikan hukuman yang mendidik, begitu pula sebaliknya.
2. Pendekatan
Permisif
Yang
perlu dilakukan oleh guru di kelas ialah memberikan kebebasan kepada peserta
didik untuk mengembangkan potensinya dengan difasilitasi oleh guru.
3. Pendekatan
Instruksional
Yang
perlu dilakukan oleh guru ialah merencanakan dengan teliti pelajaran yang baik
dengan kegiatan belajar yang
disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan peserta didik.
4. Pendekatan
Pengubahan Perilaku
Yang
perlu dilakukan oleh guru ialah bagaimana mengubah perilaku peserta didik yang
tidak disiplin menjadi disiplin di kelas.
5. Pendekatan
Sosial Emosional
Yang
perlu dilakukan guru ialah bagaimana hubungan sosial emosional yang baik antara
guru dengan para peserta didik di kelas.
6. Pendekatan
Proses Kelompok
Yang
perlu dilakukan guru ialah membimbing siswa agar dapat saling berinteraksi
sosial dalam suasana kelas yang penuh disiplin.
B.
Asas,
Indikator & Penetapan Standar Pembelajaran Efektif
1. Asas
Proses Pembelajaran Efektif
a. Asas
keterlibatan belajar siswa secara aktif di kelas
Disini,
menuntut dan menekan guru untuk melibatkan siswa secara aktif dalam proses
belajar mengajar di kelas. Siswa yang aktif dalam pembelajaran memiliki
keseriusan dan perhatian yang tinggi pada pencapaian tujuan pembelajaran.
b. Asas
memberikan motivasi
Sosok
seorang guru di depan kelas adalah sebagai motivator siswa agar memiliki
semangat dan kemauan untuk belajar yang lebih aktif, kreatif, dan inovatif. Ada
2 motivasi yang dapat timbul dari diri siswa, yaitu :
-
Motivasi yang tumbuh
dari kesadaran pribadi untuk melakukan sesuatu yang didorong oleh keinginan
(motivasi internal)
-
Motivasi yang muncul
dari luar diri siswa (motivasi eksternal)
2. Indikator
Pembelajaran Efektif
Suatu
pembelajaran dikatakan berhasil dan efektif bila mencapai hasil yang
diharapkan. Adapun, hasil pembelajaran dapat dikategorikan dalam 3 kelompok,
yaitu :
a. Efektifitas
pembelajaran, diukur dari tingkat prestasi yang dicapai siswa
b. Efisiensi
pembelajaran, diukur dari efektivitas berbanding waktu yang digunakan siswa
dan/atau biaya pembelajaran
c. Daya
pembelajaran, diukur dari kecenderungan siswa untuk terus belajar
3. Penetapan
Standar Pembelajaran Efektif
a. Standar
proses pembelajaran
-
Perencanaan proses
pembelajaran
-
Pelaksanaan proses
pembelajaran
-
Penilaian hasil
pembelajaran
-
Pengawasan proses
pembelajaran
b. Standar
pendidik dan tenaga kependidikan
-
Kualifikasi akademik
pendidik
-
Keahlian khusus pendidik
-
Kompetensi sebagai agen
pembelajaran
c. Standar
sarana & prasarana
-
Standar keragaman jenis
peralatan laboratorium
-
Standar luas ruangan
kelas peserta didik
-
Standar sumber belajar
sesuai karakteristik satuan kependidikan
d. Standar
pengelolaan
-
Standar pengelolaan
oleh satuan pendidikan
-
Standar pengelolaan
oleh pemerintah daerah
-
Standar pengelolaan
oleh pemerintah
e. Standar
pembiayaan
-
Biaya investasi
-
Biaya operasi
-
Biaya personal
f. Standar
penilaian pendidikan
-
Penilaian hasil belajar
oleh pendidik
-
Penilaian hasil belajar
oleh satuan pendidikan
-
Penilaian hasil belajar
oleh pemerintah
C.
Hal-HalPenting
Dalam ManajemenLingkungan Pembelajaran Efektif
1. Persiapan
fisik
Menjaga
kesehatan badan merupakan faktor yang menentukan keberhasilan belajar. Badan
yang cepat lelah atau yang sering sakit dapat mengurangi konsentrasi belajar.
Jika seseorang belajar cepat ngantuk, kepala cepat pusing, mungkin ia perlu ke
dokter. Kesehatan fisik amat penting untuk dapat belajar dengan baik.
2. Mengatur
Waktu dan Tempat Belajar
Untuk
belajar yang efisien, seseorang membutuhkan tempat yang nyaman dan ideal.
Idealnya, siswa memiliki meja dan kursi tersendiri. Jika sebangku dengan orang
lain, usahakan semaksimal mungkin agar tidak merasa terganggu.
Meja
yang dipergunakan untuk belajar harus bersih dari sesuatu yang dapat mengganggu
perhatian, seperti foto, surat-surat pribadi, majalah, dan terutama radio, TV,
termasuk pula handphone. Semua alat-alat yang digunakan untuk belajar harus
terdapat di meja itu : teksbook, buku catatan, kamus, pulpen, kalkulator,
pensil, dll.
Pengaturan
tempat belajar ini dimaksudkan menghindari gangguan-gangguan (interrupt-tion
and distrubtion). Lebih sedikit gangguan, lebih besar kemungkinan dapat
memahami materi yang dipelajari. Bila seseorang tidak mendapat tempat yang baik
untuk belajar, maka ia harus melatih diri untuk terbiasa dengan
gangguan-gangguan.
3. Pembuatan
Jadwal Belajar
Pembuatan
jadwal belajar tergantung pada jadwal kelas baik aktivitas kampus/sekolah dan
aktivitas sosial, aktivitas harian; seperti makan, tidur, shalat, dan
sebagainya. Sebelum membuat jadwal pelajaran, hitung jumlah waktu tiap mata
kuliah/pelajaran dan buatlah jadwal sesuai dengan kebutuhan dengan
memperhatikan beberapa point :
a. Pembuatan
jadwal hendaklah realistis
b. Untuk
pelajaran/mata kuliah yang banyak membutuhkan hafalan, rencanakan waktu belajar
sebelum masuk kelas.
c. Untuk
mata pelajaran/kuliah yang banyak membutuhkan pemikiran, direncanakan waktu
belajar setelah pelajaran kelas selesai.
d. Ada
kalanya mata pelajaran/kuliah di samping membutuhkan penalaran juga membutuhkan
hafalan.
e. Hendaklah
dipergunakan jam belajar secara terpisah.
f. Tidak
belajar beberapa saat sebelum ujian dimulai dengan sekaligus.
g. Hendaklah
direncanakan untuk meluangkan paling sedikit 2 jam untuk persiapan tiap materi.
D.
Guru
dalam Lingkungan Pembelajaran Efektif
Kunci
pembelajaran yang efektif terletak pada guru. Adapun ciri-ciri guru yang
efektif, yaitu :
a. Mampu
menggunakan bahasa dengan cara yang tepat
b. Memiliki
pengetahuan yang memadai
c. Mampu
membuat hubungan bermakna tentang apa yang diketahuinya
Menurut
Roestiyah, untuk melaksanakan mengajar efektif diperlukan syarat-syarat yang
harus dipenuhi oleh guru, yaitu :
a. Guru
harus mengupayakan agar siswa belajar secara aktif, baik mental maupun fisik
b. Guru
harus menggunakan banyak metode pada waktu mengajar
c. Penggunaan
motivasi yang tepat
d. Guru
perlu mempertimbangkan perbedaan siswa
e. Guru
selalu membuat perencanaan sebelum mengajar
f. Diperlukan
pengaruh yang sugestif dari guru
g. Guru
harus memiliki keberanian menghadapi persoalan yang timbul dalam proses
pembelajaran
h. Guru
harus mampu menciptakan suasana demokratis
i.
Guru harus menstimulasi
siswa untuk berpikir
j.
Semua bahan pelajaran
perlu diintegrasikan
k. Adanya
keterkaitan antara pelajaran dengan kehidupan nyata
l.
Guru memberikan
kebebasan kepada anak untuk menyelidiki, mengamati, belajar, dan memecahkan
masalah sendiri
m. Guru
menyusun pengajaran remedial bagi anak yang membutuhkan
Keterampilan
yang harus dimiliki guru untuk mengembangkan lingkungan pembelajaran efektif,
yaitu :
a. Keterampilan
manajemen kelas
b. Keterampilan
memotivasi
c. Keterampilan
komunikasi
d. Keterampilan
asesmen (penilaian)
e. Keterampilan
teknologi
Adapun,
Borich menyimpulkan 4 karakteristik perilaku kunci guru efektif, yaitu :
a. Kejelasan
pelajaran, menunjuk seberapa jelas pelajaran disajikan oleh guru di kelas
b. Variasi
pembelajaran, teknik mengajar yang digunakan haruslah fleksibel
c. Berorientasi
pada tugas dan pelibatan proses belajar, menunjuk pada pemberian kesempatan
waktu pada siswa untuk belajar
d. Keberhasilan
siswa, maksudnya tingkat dimana siswa memahami dan menyelesaikan tugas dengan
benar
E.
Prinsip
Disiplin dalam Manajemem Pembelajaran Efektif
Penegakan
disiplin dalam kelas dilakukan guru secara edukatif, persuasif, dan demokratif
yang menguntungkan bagi para guru dan peserta didik. Pendekatan disiplin yang
dilakukan guru harus memperhatikan prinsip berikut :
a. Menggambarkan
prinsip-prinsip hubungan kemanusiaan di kelas
b. Mengembangkan
budaya disiplin di kelas
c. Merefleksikan
tumbuhnya kepercayaan dan kontrol dari peserta didik dalam melaksanakan budaya
disiplin di kelas
d. Mengembangkan
kesungguhan untuk berinovasi dalam menegakkan budaya disiplin di kelas oleh
para guru dan peserta didik
e. Menghindari
rasa tertekan pada diri guru dan peserta didik dalam melaksanakan budaya
disiplin di kelas
Menurut
Rachman (1999:210-212), ada 4 tahapan dalam memelihara disiplin kelas, yaitu :
1. Tahap
pencegahan
Para
guru menciptakan suasana kelas yang disiplin, ketepatan instruksional, dan
perencanaan pendidikan yang disiplin.
2. Tahap
pemeliharaan
Guru
perlu melakukan hubungan sosial emosional dengan peserta didik dalam
menunjukkan perilaku disiplin dalam kelas.
3. Tahap
campur tangan
Guru
perlu menangani perilaku peserta didik yang melanggar disiplin kelas dengan
mempelajari gejalanya dan mencari akar permasalahannya.
4. Tahap
pengaturan
Guru
perlu mengatur perilaku peserta didik yang menyimpang dari disiplin kelas
dengan memberikan bimbingan dan pengarahan yang mendidik, persuasif, dan
demokratis.
F.
Dimensi
& Komponen Pengelolaan Kelas yang Efektif
1. Dimensi
Pengelolaan Kelas
a. Dimensi
Pencegahan, tindakan guru dalam mengatur siswa dan peralatan atau format
belajar mengajar yang tepat. Adapun langkah-langkahnya yaitu :
-
Meningkatkan kesadaran
diri dari guru
-
Meningkatkan kesadaran
siswa
-
Sikap tulus dari guru
-
Menemukan dan pengenalan
alternatif pengelolaan
-
Membuat kontrak sosial
b. Dimensi
tindakan, kegiatan yang dilakukan guru bila terjadi masalah pengelolaan.
Langkah-langkahnya :
-
Lakukan tindakan dan
bukan ceramah
-
Gunakan “kontrol” kerja
-
Nyatakan peraturan dan
konsekuensinya
c. Dimensi
penyembuhan, membina kontrak sosial yang tidak jalan. Langkah-langkahnya :
-
Membuat rencana
-
Menentukan waktu
pertemuan
-
Pemecahan masalah
-
Melakukan kegiatan
tindak lanjut
2. Komponen
Pengelolaan Kelas
a. Tindakan
preventif, upaya sedini mungkin oleh guru untuk mencegah terjadinya gangguan
dalam pembelajaran.
-
Tanggap/peka, kemampuan
guru merespon perilaku yang dianggap mengganggu pembelajaran.
-
Perhatian, selalu
mencurahkan perhatian pada berbagai aktivitas
b. Tindakan
represif, kemampuan guru untuk mengatasi, mencari, dan menemukan solusi yang
tepat untuk memecahkan masalah dalam lingkungan pembelajaran.
-
Modifikasi tingkah
laku, bahwa tingkah laku dapat diamati.
-
Pengelolaan kelompok,
untuk menangani permasalahan hendaknya mengikutsertakan berbagai komponen atau
unsur yang terkait.
-
Peran guru, mendorong
siswa mengembangkan tanggung jawab individu terhadap lingkungan.
G.
Gaya
& Tipe Belajar Efektif
1. Gaya
Belajar Efektif
a. Belajar
dengan pertanyaan. Bagi sebagian, belajar makin efektif bila dilakukan dengan
cara bermain dengan pertanyaan. Misalnya, memancing keingintahuan dengan
berbagai macam pertanyaan.
b. Belajar
dengan kata-kata. Gaya ini bisa dimulai dengan mengajak seorang teman yang
senang bermain dengan bahasa, seperti bercerita dan membaca serta menulis. Gaya
ini sangat menyenangkan karena bisa membantu mengingat nama, tempat, tanggal,
dan hal-hal lainnya dengan cara mendengar kemudian menyebutkannya.
c. Belajar
dengan gambar. Ada sebagian yang suka belajar dengan membuat gambar, merancang,
melihat gambar, slide, video atau film. Orang dalam gaya ini, memiliki kepekaan
tertentu dalam menangkap gambar atau warna, peka dalam membuat perubahan,
merangkai dan membaca kartu.
d. Belajar
dengan bergerak. Menyentuh sambil berbicara dan menggunakan tubuh untuk
mengekspresikan gagasan adalah salah satu cara belajar yang menyenangkan.
e. Belajar
dengan musik. Ada orang yang suka mengingat informasi dengan cara mengingat
notasi atau melodi musik.
f. Belajar
dengan kesendirian. Ada orang yang senang belajar dengan menyepi. Untuk mereka
yang seperti ini, biasanya suka tempat yang tenang dan terjaga privasinya.
g. Belajar
dengan bersosialisasi. Bergabung dan berbaur dengan orang lain adalah cara
terbaik mendapat informasi dan belajar secara cepat. Dengan berkumpul, kita
bisa menyerap berbagai informasi terbaru secara cepat dan mudah memahaminya.
2. Tipe
Pembelajaran Efektif
Secara
umum, ada 2 tipe pembelajaran, yaitu :
a. Pembelajaran
langsung adalah suatu bentuk pembelajaran dimana guru secara langsung
menyampaikan pelajaran, mendemonstrasikan, menjelaskan, dan mengasumsikan
tanggung jawab untuk kemajuan pelajaran, serta menyesuaikan apa yang
dilakukannya dengan usia dan kemampuan siswa. Aktivitas yang terlibat dalam
pembelajaran langsung antara lain : penyajian pelajaran, bimbingan latihan,
penilaian hasil tugas, pemberian umpan balik, dan pemonitoran aktivitas siswa.
b. Pembelajaran
tidak langsung adalah suatu bentuk pembelajaran di mana siswa berupaya
menemukan sendiri untuk memperoleh fakta dan pengetahuan. Tipe ini dikenal juga
dengan nama pembelajaran inquiry. Tipe ini kurang terstruktur dan bersifat
informal, namun mendorong siswa aktif mencari informasi dan tidak pasif
menerima pelajaran. Dalam tipe ini, guru hanya berfungsi sebagai fasilitator
ketimbang menjadi pengajar.
H. Mewujudkan
Pembelajaran Efektif dengan Menciptakan lingkungan belajar kreatif di dalam kelas
Belajar kreatif tidak
timbul secara kebetulan tetapi memerlukan persiapan, antara lain dengan
menyiapkan suatu lingkungan kelas yang merangsang anak-anak untuk belajar
secara kreatif.
Menurut Feldhusen dan Treffinger (1980), suatu lingkungan
kreatif dapat tercipta dengan:
1.
Memberikan
Pemanasan
Sebelum mulai dengan suatu proyek atau kegiatan yang
menuntut perilaku kreatif sesuai dengan rencana pelajaran, perlu lebih dahulu
diusahakan sikap menerima (reseptif) di kalangan para siswa. Hal ini terutama
berlaku apabila siswa sebelumnya baru saja terlibat dalam suatu penugasan yang
sangat berstruktur, seperti mengerjakan soal-soal matematika atau
mengklasifikasikan nama tumbuh-tumbuhan menurut system tertentu.
Tugas atau kegiatan yang bertujuan
meningkatkan pemikiran kreatif menuntut sikap belajar yang berbeda, lebih
tebuka dan bertantang untuk berperan serta secara aktif dengan memberikan
gagasan-gagasan sebanyak mungkin.
Untuk itu, diperlukan pemanasan yang dapat
tercapai dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan terbuka yang menimbulkan minat
dan merangsang rasa ingin tahu siswa. Cara lain yang berhasil guna adalah
dengan mendorong siswa mengajukan pertanyaan-pertanyaan sendiri terhadap suatu
masalah.
Biasanya dalam proses belajar mengajar
guru mengajukan pertanyaan kepada murid, tetapi jarang mengajak siswa untuk
mengajukan pertanyaan.
2.
Pengaturan
fisik
Salah satu cara menciptakan suasana belajar kreatif
adalah dengan memperhatikan pengaturan fisik di dalam kelas. Misalnya untuk
kegiatan-kegiatan tertentu seperti diskusi dalam kelompok-kelompok kecil para
siswa duduk dalam lingkaran. Jika kelompoknya lebih besar, anak-anak dapat
menyisihkan bangku-bangku dan duduk di lantai.
Jika kelasnya cukup besar, dapat diusahakan
pemisah-pemisah ruang yang dapat dipindah-indahkan sesuai dengan kebutuhan. Ada
baiknya juga jika di dalam kelas disediakan tempat khusus agar siswa dapat
berpikir tenang dan santai.
3.
Kesibukan
di dalam kelas
Kegiatan
belajar secara kreatif sering menuntut lebih banyak kegiatan fisik dan diskusi
di antara siswa. Oleh karena itu, hendaknya
guru agak tenggang rasa dan luwes dalam menuntut ketenangan dan “setiap
anak tetap duduk pada tempatnya”. Guru harus dapat membedakan antara kesibukan
yang asyik serta suara-suara yang “produktif” yang menunjukkan bahwa
siswa-siswa bersibuk diri secara kreatif.
Ruang kelas diusahakan menjadi
“ruang sumber” dengan banyak sumber-sumber yang mengundang siswa untuk membaca,
menjajaki, dan meneliti. Alangkah baiknya jika ada perpustakaan kecil di dalam
kelas dan bahan-bahan atau peralatan yang memungkinkan siswa melakukan kegiatan
konstruktif. Guru mengizinkan siswa-siswa yang lebih dudlu selesai dengan
pekerjaannya untuk pergi ke tempat-tempat di dalam kelas yang mereka minati,
untuk melakukan kegiatan belajar mandiri. Pada waktu-waktu tertentu disediakan
kesempatan bagi seluruh kelas untuk memiliki pekerjaan yang mereka senangi
entah secara perorangan ataupun dalam kelompok-kelompok kecil. Suasana kelas
yang santai dan menyenangkan akan memupuk perilaku kreatif.
4.
Guru
sebagai Fasilitator
Sebagai fasilitator guru mendorong siswa (motivator)
untuk mengembangkan inisiatif dalam menjajaki tugas-tugas baru. Ia tidak cepat
memberikan kritik, tetapi memberikan dukungan dan rangsangan di mana perlu.
Guru harus terbuka dan dapat menerima gagasan-gagasan dari semua siswa
(menerima tidak sama dengan menyetujui; menerima disini berarti terbuka dan
berusaha memahami). Adalah tidak bijaksana memuji siswa-siswa tertentu secara
berlebihan dan bersikap menolak gagasan-gagasan para siswa yang lain.
Guru harus berusaha menghilangkan
ketakutan dan kecemasan siswa yang menghambat pemikiran dan pemecahan masalah
secara kreatif. Anak-anak pun harus belajar menunjukkan penghargaan terhadap
pekerjaan anak lain dan tidak mengejek, mengkritik (dalam arti mencela), atau
menertawakan, sebagaimana mereka juga harus belajar menghargai pekerjaan diri
sendiri.
Suasana dalam kelas hendaknya mendukung
kerja sama untuk mencapai tujuan bersama, di samping kegiatan belajar sendiri.
Setiap anak harus merasa bebas mengungkapkan gagasan-gagasan yang lain daripada
yang lain, yang tidak lazim, tanpa takut ditertawakan. Anak-anak tertentu
membutuhkan dukungan, dorongan, dan waktu yang cukup untuk memikirkan suatu
masalah.
Jadi,
dalam peran sebagai fasilitator seorang guru harus:
a.
Mendorong
belajar mandiri sebanyak mungkin
b.
Dapat
menerima gagasa-gagasan dari semua siswa
c.
Memupuk
siswa (dan diri sendiri) untuk memberikan kritik secara konstruktif dan untuk
memberikan penilaian diri sendiri.
d.
Berusaha
menghindari pemeberian hukuman atau celaan terhadap ide-ide yang tidak biasa
e.
Dapat
menerima perbedaan menurut waktu dan kecepatan antarsiswa dalam kemampuan
memikirkan ide-ide baru.
I. Faktor
lingkungan
Senyatanya kita dapat melihat bahwa
individu-individu atau pribadi-pribadi sebagai bagian dari alam sekitar tidak
bisa melepaskan diri dari lingkungan. Bahkan sebagian ahli menyatakan, bahwa
individu tidak berarti apa-apa tanpa adanya lingkungan yang memengaruhinya.
Terkait dengan itu, F. Patty (1982: 58) menyatakan,
…Lingkungan
merupakan sesuatu yang mengelilingi individu dalam hidupnya, baik dalam bentuk
lingkungan fisik seperti orangtua, rumah, kawan bermain, dan masyarakat
sekitar, maupun dalam bentuk lingkungan psikologis seperti perasaan yang
dialami, cita-cita, persoalan-persoalan yang dihadapi dan sebagainya.
Apa yang dimaksud definisi diatas adalah meliputi
semua kondisi-kondisi di dunia ini yang dalam cara-cara tertentu memengaruhi
tingkahlaku individu, terkecuali gene-gene. Lebih dari itu gene-gene dapat pula
dipandang sebagai menyiapkan gene-gene yang lain. Tetapi, lingkungannya yang
actual (sebenarnya) hanyalah faktor-faktor dalam dunia sekitar yang benar-benar
memengaruhi individu.
Dikatakan
segala sesuatu yang mengelilingi individu
di dalam hidupnya, berarti sejak anak dalam kandungan (masa prenatal) ia
telah dapat dipengaruhi oleh lingkungannya (secara tidak langsung). Hal ini
dapat dicontohkan pada seorang ibu yang sedang hamil dan memakan makanan yang
bergizi atau gizinya terpenuhi (lingkungan fisik atau nonperson), maka memungkinkan individu (ibu) itu hidup sehat
fisiknya.
Begitu
juga saat ibu yang mengandung itu suasana hatinya tenang, gembira, dan
sebagainya (lingkungan psikis atau person), maka besar kemungkinan
individu tersebut akan tenang atau sehat
psikisnya. Kondisi seperti ini sangat mungkin membuat fisik dan psikis bayi
yang akan dilahirkan sehat.Sejak bayi lahir (masa postnatal) dan sepanjang masa
hidup, individu terus dipengaruhi oleh lingkungan, perawatan, yang merawat,
udara yang segar atau sebaliknya, makanan-makanan yang bergizi atau yang
diterimanya.
Sejak
individu dapat meniru dan bergaul, ia akan menirukan secara sengaja atau tidak
sengaja segala kebiasaan yang terjadi dan tertangkap oleh indranya. Masa
selanjutnya, pengaruh orangtua dan teman-teman sekelasnya, lembaga-lembaga dan
orang-orang dewasa di sekitarnya memengaruhi individu dengan pembawaannya menyaring dan memilih pengalaman-pengalamannya yang membentuk dan member warna
hidup dan kehidupannya lebih lanjut sebagai individu yang memiliki karakter
tersendiri.
Dalam hubungan dengan
lingkungan itu, Sartain (Psikolog Amerika) membagi lingkungan yang memengaruhi
individu menjadi tiga bagian (Ngalim Purwanto, 1984: 26):
1.
Lingkungan
alam luar (external or physical
environment)
2.
Lingkungan
dalam (internal invironment)
3.
Lingkungan
social/masyarakat (social environtment).
Lingkungan
alam luar, yaitu segala
seuatu yang ada dalam dunia ini yang bukan manusia, seperti rumah,
tumbuh-tumbuhan, air, iklim, hewan, dan sebagainya. Lingkungan alam yang
berbeda akan memberikan pengaruh yang berbeda pula pada individu, seperti
daerah pegunungan dan daerah pantai. Daerah yang mempunyai musim dingin akan
memberikan pengaruh yang berbeda pula dengan daerah yang penuh dengan musim
panas.
Lingkungan
dalam, berarti segala
sesuatu yang tidak termasuk lingkungan luar/alam. Namun untuk makanan yang
sudah di dalam perut kita, ia termasuk berada antara external dan internal environment. Karena makanan yang sudah
dalam perut sudah/sedang dalam pencernaan dan peresapan ke dalam pembuluh
darah. Sementara makanan dan air yang telah berada di dalam pembuluh darah atau
di dalam cairan limpa, memengaruhi sel-sel di dalam tubuh, dan ini termasuk ineternan envirintment (lingkungan
dalam).
Adapun lingkungan
sosial/masyarakat adalah tempat individu yang satu berinteraksi dengan individu
yang lain. Keadaan lingkungan social/masyarakat akan memberikan pengaruh
tertentu terhadap perkembangan individu. Pengaruh lingkungan social tersebut
ada yang diterima secara langsung dan
ada yang tidak langsung. Pengaruh
secara langsung seperti dalam pergaulan sehari-hari dengan teman-teman,
keluarga, teman sepekerjaan dan lainnya.
Sementara pengaruh yang
tak langsung adalah melalui radio, televise, buku-buku bacaan, dan dengan
berbagai cara yang lain. Pengaruh lingkungan social, baik secara langsung atau
tidak langsung, sangat kompleks dalam perkembangan individu. Hal ini diuraikan secara
tersendiri dan mendalam dalam psikologi social.
Hubungan antara
individu dan lingkungannya ternyata tidak hanya berjalan sebelah, dalam arti
hanya lingkungan saja yang mempunyai pengaruh terhadap individu. Bahkan
hubungannya terjadi secara timbale balik, yaitu lingkungan dapat memengaruhi
lingkungannya (environment).
Masing-masing individu
terutama dalam kepribadiannya adalah hasil interaksi antara gene-gene
(hereditas) dan lingkungannya. Dan karena interaksi ini, maka tiap-tiap
individu adalah unik.
Dengan demikian,
hubungan hereditas dan lingkungan sangat berpengaruh bagi perkembangan manusia
(individu). Bahkan sifat-sifat dan watak individu adalah hasil interaksi antara
pembawaan dan lingkungan.
J. Manajemen
kelas (classroom management)
Manajemen kelas adalah untuk memelihara lingkungan
belajar yang positif dan produktif.
Cara menciptakan lingkungan belajar yang positif
1.
Peraturan
dan prosedur yang dibutuhkan
Prosedur adalah
langkah-langkah yang diekspresikan untuk sebuah kegiatan. Carol Weinstein dan Andy
Mignano (Weinstein, 2003; Weinstein dan Mignano, 2003) menyarankan guru untuk
menetapkan rutinitas-rutinitas untuk mencakup bidang-bidang berikut:
1)
Rutinitas
administrative, misalnya mencatat absensi.
2)
Pergerakan
siswa, misalnya memasuki atau meninggalkan kelas atau pergi ke kamar mandi.
3)
“Mengurus
rumah”, misalnya menyirami tanaman atau menyimpan barang-barang pribadi.
4)
Rutinitas
untuk menyelesaikan pelajaran, misalnya bagaimana mengumpulkan tugas atau PR.
5)
Interaksi
antara guru dan siswa, misalnya bagaimana cara mendapatkan perhatian guru
ketika membutuhkan bantuan.
6)
Bicara
di antara siswa, misalnya member bantuan atau bersosialisasi.
Anda dapat
menggunakan keenam bidang ini sebagai kerangka kerja untuk merencanakan
prosedur dan rutinitas kelas Anda. Pedoman untuk bagian ini akan membantu Anda
selama menyusun rencana.
Peraturan adalah
pernyataan yang menyebutkan perilaku yang diharapkan dan dilarang. Peraturan
yang Anda tetapkan seharusnya konsisten dengan peraturan sekolah, dan juga
mengikuti prinsip-prinsip belajar. Sebagai contoh, bahwa siswa memperoleh
manfaat siswa pada saat menjelaskan tugas kepada teman-teman sebayanya. Mereka
belajar selama mengajar. Peraturan yang melarang siswa untuk saling membantu
mungkin tidak konsisten dengan prinsip belajar yang baik. Atau perturan yang
mengatakan “Tidak boleh menghapus saat menulis” dapat membuat siswa lebih
memfokuskan diri pada mencegah kesalahan daripada mengomunikasikan dengan jelas
di dalam tulisannya (Burden, 1995; Emmer & Stough, 2001,Weinstein &
Mignano, 2003).
Peraturan
seharusnya positif dan dapat dilihat (angkat tanganmu agar terlihat). Memiliki
beberapa peraturan umum yang mencakup banyak hal spesifik lebih baik daripada
membuat daftar semua dos dan don’ts. Akan tetapi, bila tindakan
tertentu dilarang, misalnya meninggalkan kampus atau meroko di kamar mandi,
maka sebuah peraturan harus menyebutkannya dengan jelas (Emmer & Gerwels,
2006).
a.
Peraturan
untuk sekolah dasar
-
Sopan
dan hormatlah kepada semua orang
-
Tepat
waktu dan mempersiapkan diri
-
Mendengarkan
dengan tenang saat orang lain sedang berbicara
-
Mematuhi
peraturan sekolah.
b.
Peraturan
untuk sekolah menengah
-
Bawa
semua bahan yang dibutuhkan ke kelas
-
Duduk
ditempat dudukmu dan siap bekerja saat bel bordering.
-
Hormat
dan sopan kepada semua orang
-
Hormati
barang milik orang lain
-
Dengarkan
dan tetap duduk saat orang lain sedang bicara
-
Patuhi
semua perturan sekolah
Konsekuensi. Segera setelah memutuskan tentang
peraturan dan prosedur Anda, Anda harus memikirkan apa yang akan dilakukan bila
siswa melanggar peraturan dan tidak mengikuti prosedur. Sudah terlalu terlambat
untuk membuat keputusan setelah peraturannya dilanggar. Bagi banyak infraksi,
konsekuensi logisnya adalah kembali ke “lakukan dengan benar”. Siswa yang
berlarian di gang mungkin kembali ke tempat mereka mulai lari dan berjalan
dengan baik. Makalah yang tidak selesai dapat dikerjakan ulang. Materi yang tertinggal
harus dikembalikan (Charles,2002b).
2.
Merencanakan ruang untuk belajar
Ruang untuk belajar seharusnya mengundang dan
mendukung kegiatan-kegiatan yang Anda rencanakan di kelas Anda, dan seharusnya
menghormati para penghuni ruan itu. Dalam kaitannya dengan penataan kelas, ada
dua cara dasar untuk mengorganisasikan ruang: wilayah territorial pribadi dan
wilayah minat.
Ø
Wilayah territorial pribadi yaitu seperti penataan lokasi kursi, anak
yang duduk di depan tampaknya meningkatkan partisipasi bagi siswa-siswa yang
terpredisposisi untuk bicara dikelas, sementara tempat duduk dibelakang akan
lebih menyulitkan untuk berpartisipasi dan lebih mudah untuk berpangku tangan
dan melamun. Weinstein & Mignano (2003) menyarankan agar guru sedapat
mungkin bergerak di sekeliling ruangan, membuat kontak mata dan mengarahkan
pertanyaan kepada siswa-siswa yang duduk di kejauhan.
Ø
Wilayah minat, desain wilayah minat dapat memengaruhi bagaimana
wilayah-wilayah itu digunakan oleh siswa. Perubahan-perubahan sudut
perpustakaan menghasilkan lebih banyak keterlibatan dalam kegiatan-kegiatan
literature sepanjang pelajaran (Morrow & Weinstein, 1986).
Manajer
efektif untuk siswa sekolah dasar
Di kelas para guru efektif, hari pertamanya sudah
diorganisasikan dengan baik. Name tag sudah siap. Ada hal yang menarik bagi
setiap anak untuk langsung dikerjakan. Bahan-bahannya sudah disiapkan. Gur
telah merencanakan dengan seksama untuk menghindari last-minute tesks.
Manajer
efektif untuk siswa sekolah menengah
Para manajer efektif memfokuskan pada menetapkan aturan, prosedur, dan
ekspektasi di hari pertama. Standar untuk pekerjaan akademik dan perilaku kelas
dikomunikasikan dengan jelas kepada siswa dan ditegakkan secar konsisten selama
minggu-minggu pertama di kelas. Perilaku siswa dipantau lebih dekat, dan
pelanggaran peraturan ditangani dengan cepat.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pembelajaran efektif cara pembelajaran yang
baik yang dilakukan dalam proses belajar mengajar.Manajemen lingkungan dalam
artian pembelajaran efektif yaitu cara-cara yang dilakukan untuk menciptakan
lingkungan yang baik sehingga tercipta pembelajaran yang afektif.Salah satu faktor penting
yang dapat memaksimalkan kesempatan pembelajaran adalah penciptaan lingkungan
pembelajaran yang kondusif sehingga menciptakan pembelajaran yang efektif
Menurut Saroni (2006) dalam Kusmoro
(2008), lingkungan pembelajaran terdiri atas dua hal utama, yaitu lingkungan
fisik dan lingkungan sosial. Adapun yang dapat dilakukan dalam hal manajemen lingkungan
pemebelajaran yang efektif, diantaranya:Desain Lingkungan
Fisik dan Pengelolaan Kelas yang Positif Untuk
Pembelajaran.
Menurut Omrod (2008) untuk menciptakan
lingkungan belajar yang efektif cara yang dapat dilakukan antara lain:
Menciptakan lingkungan yang kondusif untuk belajar, Menyikapi perilaku yang
tidak sesuai, Menyikapi agresi dan kekerasan di sekolah, Masalah yang terkait dengan geng,Mempertimbangkan
keberagaman siswa dan Mengkoordinasikan usaha dengan orang lain.
B. Saran
Diharapkan
agar para pendidik dapat memberikan yang terbaik kepada para peserta didik
misalnya menciptakan lingkungan yang efektif bagi sistem pembelajaran sehingga
peserta didik termotivasi untuk belajar.
DAFTAR PUSTAKA
Shaffat,
Idri. 2009. Optimized Learning Strategy.
Jakarta : Prestasi Pustaka
Khodijah,
Nyayu. 2010. Psikologi Pendidikan.
Rajawali Pers
Silberman,
M.L. 2004. Active Learning : 101 Cara
Belajar Siswa Aktif. Bandung: Nusamedia
Hadis
& Nurhayati. 2010.Psikologi dalam
Pendidikan. Bandung: Alfabeta
Santrock,
J.W. 2009. Educational Psychology.
Jakarta: Salemba Humanika
Baharuddin.2007.
Psikologi Pendidikan Refleksi Teoretis
Terhadap Fenomena. Jogjakarta: Ar-Ruzzmedia
Munandar,
U. 1999. Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah Petunjuk Bagi Para
Guru dan Orang Tua. Jakarta: Grasindo
Woolfolk, A.
2008. Educational Psychology Active
Learning Edition. Yogyakarta: Pustaka Pelajar